13 June 2012

MIMPI

Kurasa tak ada orang yang tak tahu apa itu mimpi. Yah, walaupun aku tak tahu pasti apakah semua orang mempunyai mimpi.



Kalau besar, besok mau jadi apa?
Apa mimpimu?



Pertanyaan itu selalu terlontar dari orang-orang sekitar entah apakah karena mereka benar-benar peduli atau hanya basa basi.
Akhirnya hanya kujawab seadanya.
Jawabanku selalu profesi paling keren yang bisa kubayangkan.
Dulu aku tak begitu memikirkan apakah aku akan mencapainya atau tidak, jadi profesi apapun itu tak masalah.


Namun, semakin aku bertemu banyak orang aku menyadari betapa banyak orang yang kelihatannya serius ingin mencapai mimpinya.
Betapa banyak orang yang menggantungkan mimpi setinggi yang bisa mereka bayangkan.


Aku pernah menggantungkan mimpi.
Tinggiiii sekali sampai aku tak yakin apakah aku bisa mencapainya.
Kali ini aku benar-benar ingin mencapai mimpi itu.
Aku merencanakan setiap langkah yang harus kutempuh untuk bisa mencapainya.
Sebagian besar perhatianku kucurahkan untuknya.
Bukan hanya setahun dua tahun waktu yang persembahkan.


Dan ya, saat mimpi itu tercapai, bukan main senangnya. Serasa seluruh waktu, tenaga, dan pikiran untuk mencapainya terbayar sudah. Seakan mencecap air setelah melewati tanah tandus berkilo-kilo jauhnya.


Membuka kenangan perjuangan dalam mencapainya, aku merasa hidupku saat itu berputar mengelilinginya.
Seperti pusaran air yang berputar menunggu seluruh partikelnya tersedot dalam suatu lubang.


Betapa aku melewatkan banyal hal untuk mencapai satu pusat pusaran ini.

Itu yang pertama kali terpikir olehku.


Memiliki mimpi membuatku melihat lurus ke arahnya dengan mengacuhkan sedikit banyak hal di sekitarku.

Jika dulu aku tak berpusing di pusaran ini, seperti apa hal yang akan kudapatkan saat itu?
Pengalaman apa yang kiranya akan kulalui?
Nilai-nilai apa yang kiranya akan kupelajari?


Aku tak menyesali apapun. Hanya berpikir untuk lebih menghargai setiap langkah, setiap keadaan, dan setiap kesulitan yang kulalui untuk mencapai mimpiku selanjutnya.
Merasakan segala proses dan menikmatinya.
Membuka diri terhadap segala kemungkinan yang ada.


Seperti meletakkan mimpi pada satu sudut ruangan yang di dalamnya berserakan lego yang belum diselesaikan.
Mengerjakan lego terdekat yang ingin kukerjakan.
Terus berjalan sambil menyelesaikan lego yang menghadang.
Jika aku mencapai mimpiku, sungguh itu kebahagiaan yang menyejukkan.
Namun, jika aku tak dapat mencapai sudut itu, setidaknya aku tidak menyesali satu hal pun dan lebih menghargai diriku sendiri dengan seluruh proses yang telah kulalui.


Aku tahu, mungkin ini terdengar lembek dan tidak cukup tangguh untuk menjadi Sang Penggapai Mimpi seperti yang diidealkan banyak orang.

Biar.

2 comments:

  1. Setuju!

    Soalnya mimpi ideal yang aku idamkan belum tentu merupakan kebahagiaan yang aku cari.

    belum tentu ya. =)

    Semangat! =DD

    ReplyDelete
  2. bener banget :3
    dan biar kita lebih menghargai proses yang kita lalui juga :)

    ReplyDelete